Tarian Serba Tradisi di Malem Nemlikuran
Posted in: Klangenan
Bila Anda menyukai tari-tarian tradisi, SMKI (kini SMK Negeri 8 ) Surakarta adalah tempat yang tepat dikunjungi. Pada tanggal 26 malam setiap bulannya, beragam jenis tari dipanggungkan di pendapa sekolah itu. Mbak Retno Maruti, penari istana semasa Bung Karno, juga pernah mengisi forum bulanan ini.
Selain Mbak Utik, sapaan akrab Retno Maruti, puluhan artis pernah nguri-uri keberadaan forum itu. Mulai para maestro, mantan penari bedaya Kraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran hingga mahasiswa/mahasiswi Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dan murid-murid SMK Negeri 8 sendiri.
Biasanya, dalam satu peristiwa ditampilkan dua-tiga tarian dari generasi berbeda. Karena itu, penonton dan penikmat dimudahkan dalam mengapresiasi. Kendati bukan pertandingan, tapi boleh-boleh saja membandingkan. Beda orang, beda jam terbang, maka beda pula kemampuan.
Semula, forum bernama resmi Beksan Malem Nemlikuran itu dimaksudkan sebagai ajang kumpul-kumpul para alumnus sekolah seni yang dulunya bernama Konservatori tersebut. Diprakarsai sejumlah penari yang kini di mengajar di Sala, seperti Mas Daryo, Mas Wahyu, Mas Bambang dan lain-lain, forum reun tersebut akan merayakan ulang tahunnya yang keempat, Maret mendatang.
Semula (lagi), pemilihan artis penampil hanya dikhususkan kepada mereka yang concern pada tari-tarian Jawa, khususnya gaya Surakarta. Tak ada sistem kuratorial yang kaku, bukan pula menggunakan pola undian arisan. Siapa yang siap karya bisa saja mengajukan diri dan memilih bulan tampilnya sendiri.
Syaratnya gampang saja, artis mesti siap menanggung biaya sendiri. Panitia tidak menyumbang, apalagi honor. Hanya panggung berikut tata suara dan tata cahaya plus kursi bagi pengunjung yang disediakan. Konsumsi pun diadakan dengan pola saweran atau serkileran menurut kosakata seniman Sala. Guyub. Kompak.
Karena forum itu ‘hidup’, para pemrakarsa lantas meluaskan coverage area-nya. Tak cuma yang berbau Jawa (Surakarta dan Yogyakarta), beragam tarian khas atau tradisi daerah atau suku apapun mulai diperkenalkan.
“Kami ingin forum ini menjadi ajang apresiasi kekayaan khazanah tari tradisi dari seluruh Indonesia,” ujar Bambang Suhendro, salah satu pengampu jurusan tari SMK itu.
Niat mulia para ‘penari tua’ itu, tentu tak bijak diabaikan. Kabarkan kepada teman, kerabat dan kolega Anda, agar menyempatkan menonton ke kompleks sekolahan yang terletak di Kampung Kepatihan itu. Kira-kira 400 meter dari Pasar Gede arah Jebres, Anda akan menjumpai kantor Bank BCA di kiri jalan. Nah, SMK 8 berada 100 meter di belakang bank itu. Sekadar mengingatkan, khusus bulan ini, forum terpaksa ditiadakan.
Menurut Mas Daryo, ketua forum itu, “Para seniman sedang sibuk dengan tugas-tugas profesinya di kampus. ” Sayang.
Selain Mbak Utik, sapaan akrab Retno Maruti, puluhan artis pernah nguri-uri keberadaan forum itu. Mulai para maestro, mantan penari bedaya Kraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran hingga mahasiswa/mahasiswi Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dan murid-murid SMK Negeri 8 sendiri.
Biasanya, dalam satu peristiwa ditampilkan dua-tiga tarian dari generasi berbeda. Karena itu, penonton dan penikmat dimudahkan dalam mengapresiasi. Kendati bukan pertandingan, tapi boleh-boleh saja membandingkan. Beda orang, beda jam terbang, maka beda pula kemampuan.
Semula, forum bernama resmi Beksan Malem Nemlikuran itu dimaksudkan sebagai ajang kumpul-kumpul para alumnus sekolah seni yang dulunya bernama Konservatori tersebut. Diprakarsai sejumlah penari yang kini di mengajar di Sala, seperti Mas Daryo, Mas Wahyu, Mas Bambang dan lain-lain, forum reun tersebut akan merayakan ulang tahunnya yang keempat, Maret mendatang.
Semula (lagi), pemilihan artis penampil hanya dikhususkan kepada mereka yang concern pada tari-tarian Jawa, khususnya gaya Surakarta. Tak ada sistem kuratorial yang kaku, bukan pula menggunakan pola undian arisan. Siapa yang siap karya bisa saja mengajukan diri dan memilih bulan tampilnya sendiri.
Syaratnya gampang saja, artis mesti siap menanggung biaya sendiri. Panitia tidak menyumbang, apalagi honor. Hanya panggung berikut tata suara dan tata cahaya plus kursi bagi pengunjung yang disediakan. Konsumsi pun diadakan dengan pola saweran atau serkileran menurut kosakata seniman Sala. Guyub. Kompak.
Karena forum itu ‘hidup’, para pemrakarsa lantas meluaskan coverage area-nya. Tak cuma yang berbau Jawa (Surakarta dan Yogyakarta), beragam tarian khas atau tradisi daerah atau suku apapun mulai diperkenalkan.
“Kami ingin forum ini menjadi ajang apresiasi kekayaan khazanah tari tradisi dari seluruh Indonesia,” ujar Bambang Suhendro, salah satu pengampu jurusan tari SMK itu.
Niat mulia para ‘penari tua’ itu, tentu tak bijak diabaikan. Kabarkan kepada teman, kerabat dan kolega Anda, agar menyempatkan menonton ke kompleks sekolahan yang terletak di Kampung Kepatihan itu. Kira-kira 400 meter dari Pasar Gede arah Jebres, Anda akan menjumpai kantor Bank BCA di kiri jalan. Nah, SMK 8 berada 100 meter di belakang bank itu. Sekadar mengingatkan, khusus bulan ini, forum terpaksa ditiadakan.
Menurut Mas Daryo, ketua forum itu, “Para seniman sedang sibuk dengan tugas-tugas profesinya di kampus. ” Sayang.
Return to: Tarian Serba Tradisi di Malem Nemlikuran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar