Pasar Klewer merupakan pusat pasar dimana sebagian besar aktivitas warga Solo berpusat disana. Dari pakaian atau tekstil yang mendominasi, makanan, sampai ke pernak pernik perhiasan dijual disana. Letaknya berdekatan dengan Keraton Solo dan alun-alun, sehingga hampir setiap hari daerah ini tak pernah sepi dari hiruk pikuknya jalan. Semenjak dibangun pada 1970, perkembangan Pasar Klewer Solo bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya. Melesat untuk kemudian menjadi pasar tekstil yang besar. Bahkan, mungkin salah satu yang terbesar di Indonesia. Karena itu tak mengherankan bila kini, menurut data dari Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK) dan Dinas Pasar Klewer, jumlah pedagang di pasar tersebut adalah 1.467 pedagang. Hebatnya lagi, dari jumlah pedagang sebanyak itu, uang yang berputar setiap harinya (transaksi berjalan) Rp 5 miliar - Rp 6 miliar. Sementara per tahunnya, pasar tersebut menghasilkan pendapatan dari retribusi Rp 3 miliar. Jumlah yang cukup besar, karena jika dikalkulasi, jumlah pendapatan retribusi itu telah memenuhi hampir 5% RAPBD Kota Surakarta 2005 dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) Rp 53.546.938.996. Bukan hanya itu, selain mendukung perekonomian daerah, keterkenalan Klewer sebagai pusat perdagangan tekstil juga turut mendukung dunia pariwisata di Kota Solo. Terbukti, sampai sekarang pasar tersebut sering dijadikan alternatif untuk kunjungan para wisatawan. Tentang hal tersebut, mantan Ketua HPPK periode 1998-2003 Hafids Safari malah mengatakannya sebagai three in one ketika mengibaratkan keberadaan dan kedekatan area antara Keraton Surakarta Hadiningrat, Masjid Agung dan Pasar Klewer. ''Dalam dunia pariwisata di Solo, beliau memandang seperti itu. Artinya antara keraton, Masjid Agung dan Pasar Klewer itu sudah menjadi satu kesatuan utuh yang kemudian membuat semacam garis kunjungan wisata. Itulah yang dimaksud dengan three in one''.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar